Share Up To 110 % - 10% Affiliate Program

Info Heboh boh..

Monday, April 1, 2013

Warga Korut Dipaksa Mengumpulkan Kotorannya Sendiri


Foto : Warga Korut (IST)
Foto : Warga Korut (IST)
Aneh tapi nyata ,kotoran manusia kini menjadi rebutan di  Korea Utara ,tentu jasa pembersih tinja bisa bangkrut karena semua warganya  justru berebut kotoran manusia untuk dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman pertanian,apakah ini  efisiensi ,atau kreatifitas yang kebablasan sehingga  menabrak sendi sendi sosial dan kesehatan,bagaimana anda setuju ? ingin menirunya? atau berpikir seribu kali? simak beritanya.
 Warga Korea Utara (Korut) selama ini ternyata dipaksa untuk membuat pupuk untuk pemerintah. Menurut sumber dari China, pupuk itu berasal dari kotoran warga yang dikumpulkan hingga mencapai ratusan kilogram.

"Pupuk merupakan suatu hal yang paling penting untuk manabur bibit di musim semi, namun Korut tidak pernah menggunakan pupuk kimia. Pemerintah Korut akhirnya meminta warganya untuk membuat pupuk hingga mencapai ratusan kilogram," ujar sumber yang tak mau disebut identitasnya, seperti dikutip Chosun Ilbo, okezoneSenin (1/4/2013).

Kewajiban untuk mengumpulkan feses itu ternyata menciptakan masalah lain yang menjijikkan di tataran warga negeri komunis Korea itu. Warga ternyata sering mencuri feses warga lainnya di toilet jongkok.

"Ada semacam kasus pencurian (feses) di toilet jongkok karena ini (kebijakan pengumpulan pupuk). Dan warga pun mulai menyiapkan gembok untuk mengunci kamar mandinya," papar sumber dari China itu.

Sejak 2007 silam, Korea Selatan (Korsel) memasok 300 ribu ton pupuk kimia ke Korut. Dan pada 2012 lalu, para petani Korut berhasil bercocok tanam dengan bantuan China. Meski demikian, bantuan dari Negeri Panda itu terus berkurang karena Korut mengabaikan peringatan China dalam uji coba nuklir.

Salah seorang pakar politik Korut di China berpendapat, negeri komunis itu tidak hanya memaksa warganya untuk mengumpulkan kotorannya sendiri. Mereka juga dipaksa untuk mengumpulkan besi tua

No comments:

Post a Comment