Sunday, May 26, 2013
Pocong "Bangkit" dari Kubur Gegerkan Warga Pontianak
Ilustrasi (Okezone) PONTIANAK - Malam tadi, menjadi malam sangat
menyeramkan bagi warga Kampung Belitung di Jalan Adisucipto, Pontianak,
Kalimantan Barat. Betapa tidak, warga dihebohkan setelah menemukan
jenazah yang masih terbungkus kain kafan di atas kuburan tepat di tepi
parit.
Temuan ini, membuat warga berbondong-bondong mendatangi pemakaman muslim di Jalan Adi Sucipto. Heran dengan kejadian ini, sejumlah warga langsung mengaitkan dengan cerita mistis.
"Mayat masih terbalut kain kafan berada di atas kuburannya, dalam posisi telungkup," ujar Irfan salah seorang warga setempat, Minggu (26/5/2013).
Mayat terbungkus kain putih tersebut, ditemukan pertama kali oleh Rusli. Setelah menemukan jenazah di atas kuburan, dirinya langsung melaporkan kepada Ketua RT setempat dan melaporkannya ke Polsek Pontianak Selatan.
Pengurus kebersihan kuburan tersebut, Jainuddin mengatakan, informasi yang dirinya ketahui mayat tersebut berjenis kelamin perempuan berasal dari warga Sintang. "Waktu melakukan penguburan tidak ada lapor sama pihak kami," ujarnya.
Menurut Jainuddin, timbulnya jenazah ke atas kuburannya. Karena galian lobang kubur kemungkinan tidak dalam. Sehingga mayatnya busuk dan timbul ke atas. "Tanah kuburan disini memang gambut. Jadi kalau tidak dalam waktu menggalinya, bisa jadi dia akan timbul ke atas," jelasnya.
Sekitar pukul 22.000 waktu setempat, barulah mayat tersebut dievakuasi oleh warga dan polisi, untuk dibawa ke RSUD Sordarso. "Dan siang ini akan dikubur kembali," pungkas Jainuddin. okezone
Ditemukan Spesies Baru Laba-Laba Terkecil di Dunia
(Foto: softpedia)
BEIJING - Peneliti di China menemukan dua spesies laba-laba baru yang memiliki tubuh terkecil di dunia. Peneliti meyakini bahwa hewan dalam kelas Arachnida ini berhabitat asli di daerah pegunungan.
Dilansir Softpedia,okezone Minggu (26/5/2013), studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ZooKeys mendokumentasikan penemuan dua spesies laba-laba miniatur baru di China. Hewan yang ditemukan di wilayah selatan negara itu menunjukkan bahwa mereka hanya mendiami daerah pegunungan.
Dua spesies laba-laba ini antara lain Trogloneta yuensis yang berhabitat di Gunung Jinyun, Chongqing serta Mysmena wawuensis, yang mendiami Gunung Wawu. Website Mongabay melaporkan, rata-rata panjang tubuh Trogloneta yuensis hanya berukuran 1 milimeter (0,03 inci).
Akan tetapi, Mysmena Wawuensis lebih kecil, yakni laba-laba ini hanya memiliki rata-rata panjang tubuh 0,75 milimeter (0.029 inci). Kedua spesies baru laba-laba ini milik keluarga Mysmenidae.
"Meskipun keluarga Mysmenidae tersebar di seluruh dunia, itu adalah salah satu kelompok keluarga laba-laba yang paling dipelajari di antara laba-laba orb-weaving (menenun)," kata para peneliti yang menemukan dua spesies laba-laba miniatur baru menjelaskan. Mereka mengungkapkan, rata-rata ukuran laba-laba ini sekira 0,7-3 milimeter.
Dilansir Softpedia,okezone Minggu (26/5/2013), studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal ZooKeys mendokumentasikan penemuan dua spesies laba-laba miniatur baru di China. Hewan yang ditemukan di wilayah selatan negara itu menunjukkan bahwa mereka hanya mendiami daerah pegunungan.
Dua spesies laba-laba ini antara lain Trogloneta yuensis yang berhabitat di Gunung Jinyun, Chongqing serta Mysmena wawuensis, yang mendiami Gunung Wawu. Website Mongabay melaporkan, rata-rata panjang tubuh Trogloneta yuensis hanya berukuran 1 milimeter (0,03 inci).
Akan tetapi, Mysmena Wawuensis lebih kecil, yakni laba-laba ini hanya memiliki rata-rata panjang tubuh 0,75 milimeter (0.029 inci). Kedua spesies baru laba-laba ini milik keluarga Mysmenidae.
"Meskipun keluarga Mysmenidae tersebar di seluruh dunia, itu adalah salah satu kelompok keluarga laba-laba yang paling dipelajari di antara laba-laba orb-weaving (menenun)," kata para peneliti yang menemukan dua spesies laba-laba miniatur baru menjelaskan. Mereka mengungkapkan, rata-rata ukuran laba-laba ini sekira 0,7-3 milimeter.
Inikah Bukti Nenek Moyang Manusia adalah Kera?
Ilustrasi manusia purba (Foto: Abc.net)
Beginilah akhirnya jika kitab suci mulai ditinggalkan,semakin jauh panggang dari api,akhirnya tidak pernah ketemu juntrungnya . Siapa sebenarnya manusia pertama kalau bukan adam,apakah sang Gorilla?..affala yafakarun...silakan berfikir..bagaimanapun semua terserah anda,rupanya roh kera telah merasuki jiwa mereka sehingga apapun alasananya ,teori Missing Link,kemiripan dll. selalu dicari cari untuk membenarkan kalau nenek moyang manusia adalah kera,ilmu pengetahuan adalah netral tapi jika dipengaruhi oleh ambisi pribadi hasilnya akan picik justru menjadi simpatisan kera..ya ,namun hanya mereka yang bangga menjadi keturunan kera..CALIFORNIA - Tim peneliti dari Amerika Serikat dan Australia melakukan penelitian fosil gigi untuk menghitung kapan bayi manusia purba (Neanderthal)
berhenti menyusui (disapih). Studi ini juga melibatkan bayi manusia dan
kera di California National Primate Research Center, University of
California.
Dilansir Heritagedaily, Minggu (26/5/2013), menggunakan teknik baru, peneliti menyimpulkan bahwa sedikitnya satu bayi Neanderthal disapih pada usia yang sama seperti bayi manusia modern. Tim juga mengklaim mampu menentukan waktu yang tepat untuk kelahiran, ketika bayi diberi makan secara ekslusif oleh air susu ibu (ASI) dan proses penyapihannya.
Peneliti mengetahui dengan mempelajari jejak mineral pada fosil gigi. Dengan melakukan studi pada gigi kera dan membandingkannya dengan catatan pusat, peneliti bisa menunjukkan bahwa teknik ini adalah akurat.
Setelah memvalidasi teknik pada kera, para penelti menerapkannya pada gigi manusia dan gigi Neanderthal. Mereka menemukan bahwa bayi Neanderthal diberi ASI selama tujuh bulan, yang diikuti dengan tujuh bulan suplementasi (pola yang sama dengan manusia modern).
Meskipun ada beberapa variasi di antara budaya manusia, namun transisi untuk mempercepat pemberian makanan selain ASI diperkirakan telah muncul dalam sejarah leluhur manusia. Pemberian makanan ini dianggap sebagai bentuk perawatan bayi yang lebih kooperatif dan akses makanan yang lebih bergizi.
Periode laktasi pendek, bisa berarti kesenjangan yang lebih pendek pada interval kehamilan dan tingkat tinggi dari reproduksi. Ada perdebatan di antara peneliti bahwa kapan nenek moyang manusia berevolusi dengan percepatan penyapihan.
Teknik ini membuka peluang yang luas untuk menyelidiki lebih lanjut terkait laktasi (pengeluaran susu) pada fosil dan koleksi museum gigi primata. "Dengan menerapkan teknik-teknik baru untuk gigi primata dalam koleksi museum, kita bisa lebih tepat mengetahui lebih detail terkait pemberian susu ibu di seluruh individu dalam spesies, serta kehidupan evolusi sejarah di antara spesies," kata peneliti Katie Hinde dari Harvard University.
Dilansir Heritagedaily, Minggu (26/5/2013), menggunakan teknik baru, peneliti menyimpulkan bahwa sedikitnya satu bayi Neanderthal disapih pada usia yang sama seperti bayi manusia modern. Tim juga mengklaim mampu menentukan waktu yang tepat untuk kelahiran, ketika bayi diberi makan secara ekslusif oleh air susu ibu (ASI) dan proses penyapihannya.
Peneliti mengetahui dengan mempelajari jejak mineral pada fosil gigi. Dengan melakukan studi pada gigi kera dan membandingkannya dengan catatan pusat, peneliti bisa menunjukkan bahwa teknik ini adalah akurat.
Setelah memvalidasi teknik pada kera, para penelti menerapkannya pada gigi manusia dan gigi Neanderthal. Mereka menemukan bahwa bayi Neanderthal diberi ASI selama tujuh bulan, yang diikuti dengan tujuh bulan suplementasi (pola yang sama dengan manusia modern).
Meskipun ada beberapa variasi di antara budaya manusia, namun transisi untuk mempercepat pemberian makanan selain ASI diperkirakan telah muncul dalam sejarah leluhur manusia. Pemberian makanan ini dianggap sebagai bentuk perawatan bayi yang lebih kooperatif dan akses makanan yang lebih bergizi.
Periode laktasi pendek, bisa berarti kesenjangan yang lebih pendek pada interval kehamilan dan tingkat tinggi dari reproduksi. Ada perdebatan di antara peneliti bahwa kapan nenek moyang manusia berevolusi dengan percepatan penyapihan.
Teknik ini membuka peluang yang luas untuk menyelidiki lebih lanjut terkait laktasi (pengeluaran susu) pada fosil dan koleksi museum gigi primata. "Dengan menerapkan teknik-teknik baru untuk gigi primata dalam koleksi museum, kita bisa lebih tepat mengetahui lebih detail terkait pemberian susu ibu di seluruh individu dalam spesies, serta kehidupan evolusi sejarah di antara spesies," kata peneliti Katie Hinde dari Harvard University.
Monday, May 6, 2013
David Gracer, si Pemakan Serangga Selama 11 Tahun
David Gracer. si pemakan serangga (Foto: Oddity Central)
PROVIDENCE – Memakan seekor serangga mengkin
tampak menjijikkan untuk banyak orang, tapi tidak untuk seorang pria
bernama David Gracer. Dirinya terus mengkonsumsi serangga selama 11
tahun.
Gracer adalah seorang entomophagist yang berarti senang sekali mengkonsumsi serangga. Gracer mengatakan bahwa dirinya telah memakan lebih dari 5.000 serangga dari spesies yang berbeda selama 11 tahun.
Pria asal Providence, Rhode Island, Amerika Serikat (AS) ini telah memakan serangga sejak 2001 silam. Gracer selalu menyimpan lebih dari 12.000 serangga dari 20 spesies yang berbeda di dalam lemari es di rumahnya.
Seperti diberitakan Oddity Central ,okezone, Senin (6/5/2013), pria unik ini telah memakan semua serangga miliknya dengan cara ditumis, difille, dan dipanggang.
Untuk mendapatkan serangga yang akan dimakannya, Gracer membuat sebuah perangkap dengan menggunakan jaring dan kemudian dia langsung membekukan semua serangga tangkapannya tersebut.
Gracer gemar memakan serangga setelah seorang temannya memberikan hadiah sekotak serangga saat ulang tahunnya. Pada awalnya dia tidak menyukai rasa serangga, namun dirinya mulai mencari tahu tentang entomophagy dan mencoba untuk memakan serangga jenis baru setiap harinya.
Seperti diketahui, saat ini pria berusia 47 tahun ini telah menjadi entomophagy paling terkenal di dunia. Gracer juga telah menceritakan pengalaman tentang manfaat memakan serangga selama bertahun-tahun pada beberapa acara televisi, seperti di acara Tyra Banks Show dan Colbert Report.
Thursday, May 2, 2013
TEMPO.CO, Jamestown -
Musim dingin 1609-1610 adalah kurun 'mematikan' bagi pemukim awal
Amerika. Sebanyak 240 dari 300 koloni di Jamestown, Virginia, meninggal
selama periode ini, yang disebut Era Kelaparan ketika mereka berada di
bawah pengepungan Indian dan tidak punya cara untuk mendapatkan makanan.
Bukti sejarah menunjukkan, banyak warga yang putus asa dan melakukan
cara-cara yang tak masuk akal untuk bertahan hidup. Bukti baru
menunjukkan bahwa termasuk di dalamnya adalah memakan daging sesama
pemukim yang sudah meninggal.Arkeolog mengungkapkan analisis ini berdasar kerangka manusia abad ke-17. Bukti menunjukkan bahwa pemukim mempraktekkan kanibalisme untuk bertahan hidup.
Peneliti menyatakan berdasar penggalian pada tahun 2012, beberapa fitur menunjukkan bahwa orang tertentu telah dikanibal. Ada sekitar setengah lusin kerangka yang menjelaskan perilaku kanibalisme pada waktu itu, kata Douglas Owsley, kepala divisi antropologi fisik di Smithsonian National Museum.
Penelitian ini memberikan bukti forensik pertama kanibalisme di koloni Amerika.
Salah satu korban kenibalisme diketahui bernama Jane, gadis 14 tahun asal Inggris. Sisa tubuh Jane ditemukan di deposit sampah abad ke-17 di bekas lokasi Benteng James. William Kelso, kepala arkeolog di Proyek Penemuan Kembali Jamestown mengatakan pada konferensi Rabu bahwa benteng ini dibangun pada tahun 1607, tetapi telah hanyut. Kelso dan rekan mulai menggali pada tahun 1994.
Owsley dan rekan dapat memberitahu sedikit tentang apa yang terjadi pada Jane ketika setidaknya satu periode kelaparan menghantam wilayah itu. Tubuh Jane dicabik-cabik dan dagingnya dimakan oleh penghuni Jamewtown lainnya. Para peneliti mengatakan tampaknya mereka juga mencoba memakan isi tengkorak kepalanya, namun gagal.
Jejak kapak dan pisau terdapat di tengkorak kepala Jane. Tempurung kepala retak terbuka akibat pukulan. Ahli forensik mengatakan tampaknya sang pelaku menggunakan tangan kanan. "Kerusakan ypada tengkorak menunjukkan bahwa siapa pun pelakunya bukan tukang daging yang terampil," katanya.
Menurut arkeolog, pada musim panas tahun 1609, para pemukim mengalami dua kemunduran yang signifikan. James Horn, wakil direktur Pusat Penelitian dan Interpretasi Sejarah di Colonial Williamsburg menyatakan armada besar yang membawa pemukim dan persediaan makanan terhantam badai. Pemukim sebelumnya telah datang dua tahun lebih awal.
Badai menahan kapal seminggu dari mereka seharusnya tiba. Beberapa pelayaran bahkan berakhir di Bermuda. Drama Shakespeare "The Tempest" mengambil inspirasi dari peristiwa ini.
Enam kapal mencapai Jamestown pada bulan Agustus 1609, dalam kondisi rusak dan kehabisan makanan. Banyak calon pemukim baru yang menyertai kapal itu dalam kondisi kesehatan yang buruk. "Jane ada pada salah satu kapal," kata Horn.
Pada saat yang sama, hubungan antara koloni Jamestown dan suku Indian Powhatan memburuk. Para pemukim yang ada terserang wabah penyakit dan kekurangan makanan, dan Powhatan mempersulit mereka.
Salah satu pemimpin kelompok, Kapten John Smith - yang sama yang terkenal berteman dengan Pocahontas - kembali ke Inggris pada Oktober 1609. Owsley mengatakan, terjadi kekosongan kepemimpinan setelah itu.
Pada musim gugur, Powhatan mengobarkan perang terhadap mereka, dan mengepung benteng. Dengan tanpa cara untuk mendapatkan makanan dari luar, anggota koloni terpaksa makan kuda, anjing, kucing, tikus, dan ular. Bahkan kata Horn, ada bukti mereka juga memakan sepatu mereka dan benda terbuat dari kulit lainnya yang dapat ditemukan untuk bertahan hidup. Siapa pun yang tersisa yang mencoba mencari makanan di hutan dibunuh oleh Powhatan.
Namun tak jelas berapa anggota koloni yang dikanibal. Yang pasti, dari 300 anggota koloni hanya 60 orang yang selamat.
Pada bulan Mei 1610, para pemukim baru yang terdampar di Bermuda tiba dan menyelamatkan koloni. Lord Delaware membawa bahan makanan yang cukup untuk bertahan selama setahun.
CNN | TRIP B
Wednesday, May 1, 2013
Tengkorak Bentuk Alien yang Menjadi Misteri Medis
Jeanna Bryner, Managing Editor LiveScience | LiveScience.com
Tengkorak mungil dengan kepala lonjong seperti alien ini berasal dari Bumi, tapi jasad yang ditemukan di Gurun Atacama satu dekade lalu menjadi sebuah misteri medis.
Awalnya, saat spesimen mumi ini ditemukan, orang mengira dia adalah alien yang mendarat di Bumi. Meski begitu, peneliti tak pernah mengungkap kemungkinan tersebut.
Kini, uji DNA dan serangkaian tes lain memastikan bahwa individu ini adalah seorang manusia dan berusia 6-8 tahun saat meninggal. Panjang jasad ini hanya 15 cm.
"Meski tak ada penjelasan soal mutasi yang menyebabkan keanehan bentuk jasad ini, dan ada perbedaan cara kami menghitung usia tulangnya, setiap nukleotid yang saya lihat berasal dari manusia," kata peneliti Garry Nolan, profesor mikrobiologi dan imunologi di Stanford School of Medicine pada LiveScience. "Penelitian saya baru mengupas bagian awalnya, tapi tak ada tanda-tanda makhluk ini bukan manusia."
Analisis manusia mini
Nolan dan koleganya menganalisis spesimen tersebut pada musim gugur 2013 dengan foto resolusi tinggi, x-ray, dan pemindaian tomografi, juga sekuens DNA. Mereka ingin mencari kelainan di tulang yang bisa menjelaskan ukuran tengkorak tak biasa -- contohnya, jasad ini hanya punya 12 tulang rusuk, bukan 12 seperti manusia normal -- usia meninggalnya si organisme, menentukan apakah ia fetus yang belum cukup bulan, meninggal saat dilahirkan atau anak yang cacat. Proses pengujian juga berusaha menjawab apakah makhluk ini manusia atau primata nonmanusia dari Amerika Selatan.
Sisa jasad itu juga menunjukkan bentuk tengkorak yang tak biasa dan kurangnya pertumbuhan di sekitar wajah bagian tengah dan rahang. Tengkorak juga menunjukkan tanda-tanda turricephaly atau sindroma cacat lahir yang menyebabkan bagian atas tengkorak kepala berbentuk lonjong.
Sekuens genom membuktikan bahwa makhluk ini adalah manusia, meski 9 persen gennya tak sesuai dengan contoh gen manusia. Namun ketidakcocokan ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti degradasi, persiapan artefak spesimen dari laboratorium, atau data yang tak lengkap.
Tim juga melihat DNA mitokondria atau DNA dalam struktur penghasil energi sel yang diturunkan dari ibu ke anaknya. Frekuensi allele dari DNA mitokondria menunjukkan bahwa individu ini berasal dari Atacama, terutama dari grup haplotype B2. Haplotype adalah sekuens panjang nenek moyang DNA yang hidup selama beberapa generasi dan bisa merujuk pada leluhur seseorang. Dalam hal ini, haplotype B2 berasal dari pantai barat Amerika Selatan.
Data dari DNA mitokondrial menunjuk pada "ibunya seorang wanita suku tradisional dari kawasan chile di Amerika Serikat," tulis Nolan dalam email.
Misteri lainnya
Meski ilmuwan belum mengetahui mutasi gen apa yang menyebabkan cacat bentuk dan usia tulang jasad ini, mereka memperkirakan bahwa individu ini meninggal beberapa dekade lalu. Selain itu, mereka tak menemukan mutasi yang biasanya ada pada orang kerdil atau bentuk-bentuk 'dwarfism' lainnya. Jika ada kelainan genetik untuk cacat si jasad, "tak terlihat jelas pada resolusi dan tahap analisis ini," tulis Nolan dalam rangkuman hasil penelitiannya.
Selain itu, meskipun mereka menemukan mutasi gen, tetap tak bisa menjelaskan anomali yang ada di tengkorak ini. "Tak ada bentuk 'dwarfism' (kekerdilan) yang bisa menjelaskan semua keanehan dalam spesimen ini," kata Dr Ralph Lachman, profesor emeritus pada UCLA School of Medicine dan profesor klinis Stanford University dalam laporannya untuk Nolan.
Ini bukan untuk pertama kalinya jasad yang mirip alien mencuri perhatian dunia ilmiah. Tengkorak anak-anak yang mirip alien juga ditemukan di kuburan 1000 tahun di Meksiko. Peneliti yang memeriksa tengkorak-tengkorak tersebut mengatakan bahwa bentuk itu sengaja dibuat dan mengilustrasikan praktik pembentukan ulang tengkorak kepala yang awam terjadi saat itu di Amerika Tengah.
"Ini adalah misteri medis yang menarik tentang seorang manusia tak beruntung dengan serangkaian cacat lahir yang genetiknya belum jelas," tulis Nolan soal tengkorak Atacama ini.
Penelitian ini muncul di film "Sirius", dokumenter yang dibiayai secara patungan dan ditayangkan perdana pada 22 April di Hollywood, California (yahoo.com )
Tengkorak mungil dengan kepala lonjong seperti alien ini berasal dari Bumi, tapi jasad yang ditemukan di Gurun Atacama satu dekade lalu menjadi sebuah misteri medis.
Awalnya, saat spesimen mumi ini ditemukan, orang mengira dia adalah alien yang mendarat di Bumi. Meski begitu, peneliti tak pernah mengungkap kemungkinan tersebut.
Kini, uji DNA dan serangkaian tes lain memastikan bahwa individu ini adalah seorang manusia dan berusia 6-8 tahun saat meninggal. Panjang jasad ini hanya 15 cm.
"Meski tak ada penjelasan soal mutasi yang menyebabkan keanehan bentuk jasad ini, dan ada perbedaan cara kami menghitung usia tulangnya, setiap nukleotid yang saya lihat berasal dari manusia," kata peneliti Garry Nolan, profesor mikrobiologi dan imunologi di Stanford School of Medicine pada LiveScience. "Penelitian saya baru mengupas bagian awalnya, tapi tak ada tanda-tanda makhluk ini bukan manusia."
Analisis manusia mini
Nolan dan koleganya menganalisis spesimen tersebut pada musim gugur 2013 dengan foto resolusi tinggi, x-ray, dan pemindaian tomografi, juga sekuens DNA. Mereka ingin mencari kelainan di tulang yang bisa menjelaskan ukuran tengkorak tak biasa -- contohnya, jasad ini hanya punya 12 tulang rusuk, bukan 12 seperti manusia normal -- usia meninggalnya si organisme, menentukan apakah ia fetus yang belum cukup bulan, meninggal saat dilahirkan atau anak yang cacat. Proses pengujian juga berusaha menjawab apakah makhluk ini manusia atau primata nonmanusia dari Amerika Selatan.
Sisa jasad itu juga menunjukkan bentuk tengkorak yang tak biasa dan kurangnya pertumbuhan di sekitar wajah bagian tengah dan rahang. Tengkorak juga menunjukkan tanda-tanda turricephaly atau sindroma cacat lahir yang menyebabkan bagian atas tengkorak kepala berbentuk lonjong.
Sekuens genom membuktikan bahwa makhluk ini adalah manusia, meski 9 persen gennya tak sesuai dengan contoh gen manusia. Namun ketidakcocokan ini bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti degradasi, persiapan artefak spesimen dari laboratorium, atau data yang tak lengkap.
Tim juga melihat DNA mitokondria atau DNA dalam struktur penghasil energi sel yang diturunkan dari ibu ke anaknya. Frekuensi allele dari DNA mitokondria menunjukkan bahwa individu ini berasal dari Atacama, terutama dari grup haplotype B2. Haplotype adalah sekuens panjang nenek moyang DNA yang hidup selama beberapa generasi dan bisa merujuk pada leluhur seseorang. Dalam hal ini, haplotype B2 berasal dari pantai barat Amerika Selatan.
Data dari DNA mitokondrial menunjuk pada "ibunya seorang wanita suku tradisional dari kawasan chile di Amerika Serikat," tulis Nolan dalam email.
Misteri lainnya
Meski ilmuwan belum mengetahui mutasi gen apa yang menyebabkan cacat bentuk dan usia tulang jasad ini, mereka memperkirakan bahwa individu ini meninggal beberapa dekade lalu. Selain itu, mereka tak menemukan mutasi yang biasanya ada pada orang kerdil atau bentuk-bentuk 'dwarfism' lainnya. Jika ada kelainan genetik untuk cacat si jasad, "tak terlihat jelas pada resolusi dan tahap analisis ini," tulis Nolan dalam rangkuman hasil penelitiannya.
Selain itu, meskipun mereka menemukan mutasi gen, tetap tak bisa menjelaskan anomali yang ada di tengkorak ini. "Tak ada bentuk 'dwarfism' (kekerdilan) yang bisa menjelaskan semua keanehan dalam spesimen ini," kata Dr Ralph Lachman, profesor emeritus pada UCLA School of Medicine dan profesor klinis Stanford University dalam laporannya untuk Nolan.
Ini bukan untuk pertama kalinya jasad yang mirip alien mencuri perhatian dunia ilmiah. Tengkorak anak-anak yang mirip alien juga ditemukan di kuburan 1000 tahun di Meksiko. Peneliti yang memeriksa tengkorak-tengkorak tersebut mengatakan bahwa bentuk itu sengaja dibuat dan mengilustrasikan praktik pembentukan ulang tengkorak kepala yang awam terjadi saat itu di Amerika Tengah.
"Ini adalah misteri medis yang menarik tentang seorang manusia tak beruntung dengan serangkaian cacat lahir yang genetiknya belum jelas," tulis Nolan soal tengkorak Atacama ini.
Penelitian ini muncul di film "Sirius", dokumenter yang dibiayai secara patungan dan ditayangkan perdana pada 22 April di Hollywood, California (yahoo.com )
Subscribe to:
Posts (Atom)